skip to content
Site header image Dimas Wahyu Saputro

Input Manual? Mager dong. Otomatisasi Saja

Kalian diberikan berkas spreadsheet, diminta untuk meng-input-kan di suatu website, banyak lagi. Pasti capek, kan? Menurutku pekerjaan repetitif sudah seharusnya dilakukan oleh robot, bukan lagi manusia. Hal itu mari kita bahas disini!


Halo, namaku Dimas. Aku baru saja melakukan hackathon mandiri, ha ha. Tidak tidak, terlalu lebay. Tapi bisa dibilang begitu. Aku mencari solusi, menulis kode, sampai perilisan produk itu tidak sampai satu hari. Begini ceritanya.

Initial Assesment MBKM

Aku semester ini menjadi mentor pada program Bangkit Academy. Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh mentor adalah mengisi Initial Assesment pada website Kampus Merdeka. Initial Assesment adalah penilaian awal terhadap Mentee, yang diisikan oleh Mentor, berdasarkan data dari Mitra.

Jadi, setiap siswa nantinya perlu dilakukan evaluasi. Mentor perlu memberikan nilai sekaligus komentar pada setiap skills yang ada pada laman evaluasi, per mentee. Bayangkan jika terdapat 25 mentee, setiap mentee ada 18 skills yang perlu diberikan penilaian dan komentar. Mentor harus bolak-balik melihat laporan siswa yang diberikan oleh Mitra, selanjutnya mengisikan pada laman evaluasi satu per satu. Repot, kan?

Aku cukup malas untuk mengisinya satu per satu. Ketika aku melihat masalah yang diberikan ini, sepertinya aku bisa menggunakan web automation supaya dapat terisi secara otomatis. Kebetulan aku sebelumnya pernah membuat otomatisasi pengisian kuesioner kampus, he he.

Tantangan yang Muncul

Menikmati sendiri kode yang dibuat?

Jika kita hanya ingin membuat solusi untuk diri kita sendiri, tanpa berbagi dengan orang lain, aku rasa kita tidak perlu membuat solusi yang matang. Jika ada error, kita akan berusaha memperbaikinya sendiri. Tidak perlu terlalu bagus, yang penting bekerja. Tidak perlu ada dokumentasi lengkapnya, kita sudah menyimpannya di kepala. Ketika kita ingin membagikan hasil pekerjaan kita, kita harus memberikan dokumentasi secara lengkap dan jelas. Kode yang kita berikan juga harus lebih robust dan scalable ketika digunakan oleh orang lain. Kita tidak bisa mengatakan, “It works on my computer.”

Takut kena blokir

Sejujurnya ketika bermain web automation itu cukup deg-deg-an, terlebih saat awal. Kita bermain dengan produk orang lain, dalam hal ini Kampus Merdeka. Ketika kita terlalu banyak melakukan ujicoba, misalnya keluar masuk laman, simpan komentar, kembali ke laman sebelumnya, keluar, masuk lagi. Hal itu akan menjadi catatan mereka. Mereka akan berpikir, “Pengguna ini aneh, terlalu banyak melakukan requests. Mari kita blokir dia sementara.”

Untungnya, aman. Sejauh ini. Aku sepertinya lebih dari 50x melakukan login logout, he he.

Penamaan yang berbeda di dokumen Mitra dan Website

Sepertinya ini hal yang normal ya, misalnya namaku Dimas. Pada dokumen ditulis DIMAS, dan pada laman Kampus Merdeka ditulis Dimas. Sederhana, tapi membuat program error. Aku menghabiskan waktu cukup lama untuk mengatasinya. Aku tidak hanya memikirkan masalah yang (nantinya) datang dari tempatku saja, tapi dari pengguna lain yang akan mencoba juga.

dan lain-lain

Log aktivitas yang dilakukan, perbedaan sistem operasi yang nantinya digunakan, kode yang terlalu panjang dalam satu berkas, serta perubahan kode pada html dan css. Itulah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga nantinya.

Akhirnya …

Hasil akhirnya sudah bisa diakses pada tautan berikut. Belum sempurna, tapi pada akhirnya dapat mempercepat. it works efficiently. Pengerjaan dalam waktu singkat berharap apa? ha ha