Penuh Kenangan: ML-59
Halo halo. Akhirnya menulis lagi setelah sekian lama. Kalau pada bulan Februari kemarin aku menulis mengenai gimana perasaan pertama kali jadi mentor. Kali ini, aku menulis mengenai refleksi ketika sudah menjadi mentor. Jujur saja, rasanya bahagia sekaligus sedih.
Aku adalah orang yang cukup introvert. Bukan takut bergaul dengan orang, tapi lebih suka menghabiskan waktu senggang sendiri atau bersama orang terdekat saja. Awal-awal ketika mengemban tugas sebagai mentor, terdapat banyak sekali keraguan yang hadir. Ragu bagaimana cara menjadi mentor yang baik, ragu bagaimana membersamai dari awal hingga akhir, ragu bagaimana jika terjadi hal yang tidak sesuai ekspektasi.
Semua rasa ragu itu hilang dan lenyap karena mereka, ML-59. Bertemu dengan mereka adalah salah satu rezeki yang membuatku terus mengucapkan syukur. Alhamdulillah, Tuhan baik sekali, memberikanku teman dan tempat. Rasanya begitu menyenangkan, bahagia, dan penuh dengan senyuman. Aku yang awalnya hanya mahasiswa tingkat akhir yang hari-harinya di depan layar laptop, jadi bisa memiliki tujuan dan kegiatan lain, yaitu membersamai mereka. Lebih tepatnya, aku dibersamai mereka.
Minggu ke minggu, awalnya aku masih belum terlalu familiar dengan mereka, padahal di awal pertemuan sudah kenalan. Ternyata, ini hanya masalah waktu saja. Otak perlu mencerna dan menyimpan momen, yang pada akhirnya akan masuk ke hati. Aku jadi bisa mengingat nama panggilan mereka, kebiasaan tiap minggu, sampai cara senyum serta gaya bicara mereka. Kalau saja waktu bisa diputar lagi, aku ingin mengenal mereka satu persatu, lebih jauh lagi.
Aku merasakan yang awalnya seasing itu, hingga menjadi dekat, dan akhirnya (akan) asing lagi. Bukan asing, namun semuanya memiliki jalan hidup yang berbeda-beda. Kalau kata orang tuh, “This is not a goodbye, but a see you later.”
Aku gak sempurna. Terlalu banyak kurangnya, apalagi kalau dipikirkan kembali momen-momen yang telah terlewat. Rasanya, aku harusnya bisa memberikan yang lebih baik, aku bisa memberikan lebih banyak waktu. Tapi, aku sadar bahwa semua hal itu sudah diatur oleh-Nya. Aku sudah berusaha memberikan yang terbaik. Aku sangat menikmati setiap detik bersama mereka. Ketika waktu perpisahan (seperti saat ini) datang, aku merasa tidak perlu ada yang disesali lagi.
Everyone deserved to be loved so dearly and to be missed so deeply. Semoga kita bisa ketemu lagi, di momen yang lain, ya, temen-temen!